Dari Seorang Sahabat..
Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja...
Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini...
Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan membaca ini..
Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan kedatangannya.
Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita???
Berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya, semoga kita termasuk dalam orang2 yg Khusnul khotimah.... Aamiin....
========================== ====
Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orang tuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri:
Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja...
Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini...
Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan membaca ini..
Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan kedatangannya.
Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita???
Berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya, semoga kita termasuk dalam orang2 yg Khusnul khotimah.... Aamiin....
==========================
Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orang tuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri:
"Alangkah sabarnya mereka....setiap hari begitu...benar- benar mengherankan!"
Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah
shalat orang2 pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah.
Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang
matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat
selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari
pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku.
Perkenalanku dengan teman2 sekerja membuatku agak ringan menanggung
beban sebagai orang terasing. Disana, aku tak mendengar lagi suara
bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan
menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan
keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di
sebuah jalan tol.. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu
orang-orang yang membutuhkan bantuan. Pekerjaan baruku sungguh
menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi
tinggi. Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku
bingung dan sering melamun sendirian .... banyak waktu luang ...
pengetahuanku terbatas. Aku mulai jenuh ... tak ada yang menuntunku di
bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya
kecelakaan dan orang2 yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk
penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas.. Sampai suatu hari
terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos
jalan.. Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara
benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah
mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang
berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong
korban. Kejadian yang sungguh tragis.
Kami lihat dua awak salah
satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari
mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat2 menuju mobil satunya.
Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.
Kami
kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku
menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah
"Laailaaha Illallaah ..... Laailaaha Illallaah .." perintah temanku..
Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu.
Keadaan itu membuatku merinding.. Temanku tampaknya sudah biasa
menghadapi orang-orang yang sekarat ...Kembali ia menuntun korban itu
membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan
nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang
sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun
keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi keduanya tetap terus
saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya .... Suara lagunya terdengar
semakin melemah .... lemah dan lemah sekali.. Orang pertama diam, tak
bersuara lagi, disusul orang kedua tak ada gerak .... keduanya telah
meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku
menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama perjalanan hanya ada
kebisuan. Hening...
Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara...Ia berbicara tentang hakikat
kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..
Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya
selama di dunia. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai
kisah yg diriwayatkan dalam buku2 Islam. Ia juga berbicara bagaimana
seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara
lahir batin.
Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh
pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna
gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku
menjadi takut mati. Peristiwa ini benar2 memberi pelajaran berharga
bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu' sekali. Tetapi perlahan-lahan aku
mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula ...
Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak
kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang
benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu2. Aku tak mau
tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya
dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat
dahulu. Kejadian yang menakjubkan !.
Selang enam bulan dari
peristiwa mengerikan itu .... sebuah kejadian menakjubkan kembali
terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan,
tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota . Ia
turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri
dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba2 sebuah mobil dengan
kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung
tersungkur seketika.
Aku dengan seorang kawan (bukan yang
menemaniku pada peristiwa pertama) cepat-cepat menuju tempat kejadian.
Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit
agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya
begitu bersih. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik,
sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika
kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang
keluar dari mulutnya.
Subhannallah.. ! Ia melantunkan ayat-ayat
suci Al-Qur'an ... dengan suara amat lemah. Subhanallah ! dalam kondisi
kritis seperti itu ia masih sempat melantun kan ayat-ayat suci Al-Qur'an
? Darah mengguyur seluruh pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia
hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat
Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup, aku tak pernah
mendengar bacaan Al-Qur'an se indah itu.
Dalam batin aku
bergumam sendirian "Aku akan menuntunnya membaca syahadat sebagaimana
yang dilakukan oleh temanku terdahulu ... apalagi aku sudah punya
pengalaman." aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti
terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang merdu itu.
Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke
setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.
Ku saksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat.
Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, degup
jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa...
Dia telah
meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes,
kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada
kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa menahan
tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air
mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul2 sangat mengharukan.
...Sampai di rumah sakit .....Kepada orang-orang di sana , kami
mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang
kematiannya yang menakjubkan.
Banyak orang yang terpengaruh
dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah
seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah
dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak
beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan di
shalatkan. . . Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada
jenazah. Semua ingin ikut men sholatinya.
Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut
mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya
mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk
neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin.
Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang
miskin.
Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras,
gula, buah2an dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak
lupa membawa buku2 agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk
dibagi2kan kepada orang2 yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen
untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.
Bila tiba saatnya
kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu harap, semoga
kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan, juga
langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan.
Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal2 yang nyata: "memperbaiki diri dan mengajak orang lain "
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran: 185)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam telah mengingatkan dalam
sabdanya, "Barangsiapa yang lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh
nasabnya."
Saudaraku, siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana,
sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak
menghadap Allah
Subhanahu Wa Ta'ala..
Orang yang cerdik dan
pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu-waktu yang
ia lalui kemudian melakukan persiapan-persiapan untuk menghadapinya.
Note: Amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang
terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.
Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau
tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau
mungkin hidup lima puluh tahun lagi, baru kemudian engkau menyuruh
dirimu berbuat taat. Engkau mengira usia mudamu akan sampai tua,
sehingga kau tidak berbuat taat saat kau masih muda. Padahal yg ditanya
nanti adalah 'Engkau habiskan buat apa masa mudamu?'.
Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.
Orang Cerdas Adalah Orang Yang Mengingat Akan Kematian,
Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amiin.....
Baca juga artikel dibawah ini